Pada tahun 2008, ketika saya sedang datang bulan (menstruasi) saya mengalami pendarahan yang sangat banyak sehingga saya harus memakai pembalut wanita (pampers). Kemudian, saya bertanya kepada sahabat saya, dia seorang dokter. Dia mengatakan bahwa saya sedang stress. Jadi, kejadian tersebut saya anggap sepele dan tidak memperhatikannya.
Tahun demi tahun saya jalani, pada tahun 2010 terjadi pendarahan yang sangat hebat dan saya merasa sakit sekali hingga rasanya mau pingsan. Saya memriksakan diri ke dokter ahli kandungan, dan dikatakan bahwa saya mengalami penebalan endometrosis, jadi harus dikuret, untuk mengetahui gangguan tersebut ganas atau tidak. Dari hasil pemeriksaan, ternyata saya mengidap Kanker Stadium 2B. Dikatakan juga bahwa saya harus menjalani operasi, dan setelah itu baru disinari atau dikemo. Proses ini akan berlangsung lama. Dokter berusaha menenangkan saya dan ia mengatakan, “Sabar ya bu.”
Begitu saya mendengar penjelasan dari dokter, saya lemas, saya merasa kecewa kepada Tuhan, padahal saya setia ke Gereja. “Apa salah saya, dosa besar apa yang telah saya perbuat sehingga Engkau, ya Tuhan menghukum saya dengan penyakit kanker ini?” Sempat saya berpikir, “Percuma saja saya ke Gereja, ikut retret, kalau saya alami perlakuan seperti ini?” Hari berikutnya, dokter merujuk saya ke salah satu Rumah Sakit Pemerintah. Saya ikut rekomendasi dokter tersebut, betapa kagetnya saya karena pelayanan rumah sakit itu sangat buruk, maka saya pindah berobat ke Rumah Sakit Dharmais. Semua orang menyarankan agar saya segera operasi, karena khawatir kanker tersebut akan segera menyebar.
Akhirnya, saya dirawat di rumah sakit. Saya mengalami ketakutan, ketikamendengar pasien di sebelah saya mengeluh kesakitan, ia muntah-muntah karena hasil kemo dan kankernya sudah menyebar ke tubuhnya. Saya berpikir jangan-jangan saya mengalaminya juga, karena sejak kejadian pendarahan pertama, dan baru pada tahun 2010 saya terdeteksi kanker, tentunya kanker tersebut sudah menyebar juga.Namun, dengan kuasa doa dan banyak orang yang mendoakan, setelah saya menjalani operasi, teman-teman saya mengatakan bahwa saya seperti orang tidur sebab saya tidak kelihatan lemas. Hasil operasi dibawa ke bagian Patologi untuk diperiksa, supaya seandainya bila kanker menyebar, maka saya harus dikemo atau disinari. Satu minggu kemudian, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa saya tidak perlu dikemo, karena tidak ada penyebaran kanker. Padahal menurut pendapat dokter, “Biasanya dalam beberapa bulan saja kanker sudah cepat menyebar, sedangkan ibu sudah menderitanya cukup lama”
Bagi dokterhasilnya cukup mengejutkan, tetapi bagi saya kejadian ini merupakan kasih karunia Allah dan penyembuhan dari Tuhan Yesus, serta doa-doa dari banyak orang yang sangat mengasihi saya. Karena itu, tiada kata selain saya hanya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah membebaskan saya dari penyakit kanker. Saya teringat suatu hal, ketika saya mulai menjalani operasi, saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan Yesus, Engkaulah yang akan mengoperasi saya dan saya pasti akan sembuh dan tidak akan terjadi penyebaran kanker.”
Ditulis oleh Rina
Sumber: www.carmelia.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar