Lahir dengan nama Carlos Ray pada tahun 1940, "Chuck" kecil tumbuh tanpa seorang ayah. Sosok ayah yang sempat diingatnya adalah seorang pria yang kasar dan suka mabuk, yang kemudian pergi meninggalkan keluarganya. Meninggalkan ibu serta adik-adiknya begitu saja. Kehilangan figur ayah membuat Chuck menjadi seorang yang pemalu, tidak pernah berprestasi dalam olahraga, apalagi dalam pergaulan. Chuck selalu minder dan dihindari teman-temannya.
Chuck si pemalu dan ramah ini kemudian masuk ke Angkatan Udara, dan ditugaskan di Korea. Di tanah ginseng inilah ia secara tidak sengaja mempelajari seni bela diri Tae Kwon Do. Dan di negeri ini jugalah untuk pertama kali teman-teman di baraknya memberi nama julukan "Chuck" yang berarti usapan, karena keramahan dan kelembutannya. Kemudian penambahan nama Norris diambil dari marga ibunya. Dalam seni bela diri, Chuck seperti menemukan jati dirinya. Suatu hal di mana dia tidak perlu berkomunikasi dengan orang lain atau pun bekerja dalam satu tim. Yang perlu dia lakukan hanyalah berlatih keras dan lebih keras lagi, dalam kesendirian yang dinikmatinya.
Ketekunannya di dalam dunia bela diri, membuahkan hasil. Chuck diminta mempertunjukkan keahliannya dalam sebuah acara besar yang dihadiri seluruh Angkatan Udara Amerika Serikat. Sebelum mempertunjukan kebolehannya, dia diharuskan untuk memberikan sebuah pidato singkat sebagai kata sambutan. Chuck pun mempersiapkan pidatonya di atas sehelai kertas dan menghafalkannya. Tiba pada waktunya, ia berdiri di depan ribuan prajurit Angkatan Udara yang menatapnya, Chuck terdiam seribu bahasa di depan mikrofon, sangat gugup dan lupa akan semua kata-kata yang dihafalkannya. Tubuhnya dibanjiri oleh keringat dingin. Ia pun lupa bahwa apakah ia sempat mengatakan sesuatu pada acara itu, yang jelas ia tidak mau mengingat-ingatnya. Baginya, peristiwa itu adalah peristiwa yang paling memalukan dalam hidupnya.
Tidak lama kemudian, prestasinya mendunia. Ia menjuarai enam kali berturut-turut "World Karate Championships", dengan mengalahkan para petarung terhebat kaliber dunia. Dan karena bosan tidak ada lagi yang bisa mengimbanginya, kemudian ia mundur dari kejuaraan itu. Lagipula, seandainya ia tetap ikut dalam kejuaraan itu, para petarung cenderung mundur teratur karena mereka gentar bila harus berhadapan dengannya. Chuck kemudian mendapat penghargaan tertinggi dalam bela diri Korea tersebut, dengan mencapai Ban Hitam tingkat delapan dalam Tae Kwon Do. Dia adalah orang pertama yang berhasil mencapai tingkatan itu sejak 4500 tahun sejarah beladiri Tae Kwon Do didirikan.
Secara bertahap, Chuck mundur dari olahraga bela diri karena tidak menemui lawan yang berarti lagi. Ia kemudian hijrah ke Hollywood yang membuat namanya melambung dan dikenal oleh seluruh orang di dunia. Salah satu debutnya yang terkenal adalah perannya dalam film "Enter The Dragon", sebuah pertarungan yang dikenang dalam sejarah perfilman maupun sejarah bela diri, saat ia bertarung melawan legenda kungfu, Bruce Lee.
Chuck Norris kini menjadi megabintang dan terjun dalam kehidupan glamor selebriti. Pundi-pundi uangnya terus bertambah dari banyak perguruan bela diri miliknya, apalagi setiap buku yang ditulisnya selalu menjadi "best seller". Segera ia masuk dalam jajaran "red carpet" di semua acara selebriti dan segera menjadi teman baik setiap presiden Amerika Serikat beserta para stafnya.
(†) Merasa Ketakutan.
"Ada beberapa perisitiwa yang mengubah hidup saya," ujar bintang film seri "Walker Texas Ranger" ini. (Film ini adalah salah satu film seri yang memiliki episode terpanjang dalam sejarah perfilman, diputar di televisi selama 12 tahun.) "Yang pertama adalah saat saya membesuk Lee Atwater -- mantan ketua kampanye Presiden George Bush, Sr. -- di rumah sakit, Lee adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidup saya, dan juga seorang teman dekat saya. Saat saya sampai di rumah sakit, ada begitu banyak orang penting mengantri untuk datang menjenguk, namun mereka tidak bisa masuk. Bahkan banyak keluarga dekatnya tidak diperkenankan masuk. Ia hanya mengizinkan orang-orang tertentu untuk menjenguknya."
"Saat saya sedang bercakap-cakap dengan orang-orang yang menanti di luar, tiba-tiba nama saya dipanggil dan diperkenankan masuk. Saya merasa beruntung saat itu karena dipilih untuk boleh bertemu dengan dia. Saya masuk dan melihat di dalam ruangan sudah ada beberapa orang yang sangat penting, sehingga saya memilih tempat di pojok ruangan dan melihatnya dari jauh. Saya melihat Lee sedang sekarat, usianya jauh lebih muda dari saya, baru 30-an tahun. Dia yang biasanya begitu bersemangat dan selalu menginspirasi banyak orang, kini sedang terbaring lemah tak berdaya, bergulat dengan maut karena sebuah tumor besar di kepalanya, dan tidak ada satu pun yang dapat dilakukan dokter untuk menyelamatkannya."
"Lee memandang aku dengan lemah, dan melambai agar aku mendekat. Aku harus menunduk untuk mendengar dia berbisik karena dia sudah sangat lemah untuk berbicara secara normal. Katanya perlahan, 'Chuck, percayalah pada Tuhan, aku mengasihimu ....' Aku terkejut mendengar hal itu, seperti terpukul keras. Aku mundur perlahan darinya dan keluar dari tempat itu dengan sangat terkejut. Aku tahu itu adalah kata-kata terakhir Lee bagiku. Entah sudah berapa kali aku mendengar kata-kata itu dari para rohaniwan, tetapi semua itu seakan hanya lewat begitu saja seperti sebuah sampah bagiku. Sekarang aku mendengarnya dari sahabatku sendiri yang sedang berada di ujung kematian, sebuah pesan terakhir yang sangat penting, tidak mungkin dia menyia-nyiakan napas terakhirnya untuk berbicara padaku kalau itu tidak begitu penting."
"Aku duduk terdiam di dalam mobil dan mulai menangis, mengingat kehidupanku selama ini. Aku telah terlalu jauh dari Tuhan, terhisap dan terjebak dalam gemerlap kehidupan seorang bintang, membuat hidupku berantakan. Keluargaku berantakan, dan aku bukan ayah yang baik bagi anak-anakku. Melihat sahabatku sedang menjelang maut, membuat diriku merasa sangat dekat akan maut juga. Sebelumnya, aku tidak pernah takut pada apa pun, bahkan dalam pertarungan bela diri hidup dan mati, tapi kini aku merasa sangat gentar. Aku merasa hidupku menjadi sangat rapuh, dan aku tersadar bahwa semua kekuatan yang telah kubangun selama ini ternyata tidak bisa menghindarkan aku dari maut."
(†) Malam yang Mencekam.
Tapi peristiwa "pesan terakhir" dari Lee Atwater pun berlalu, Chuck kembali sibuk dengan bisnisnya. Kembali tenggelam dalam kehidupan selebritisnya dan hanyut dalam pikiran bagaimana mencari uang lebih banyak lagi. Walaupun begitu, peristiwa itu telah membawanya dalam sebuah pemikiran bahwa ia membutuhkan Tuhan. Peristiwa selanjutnya terjadi tidak lama kemudian. Malam itu adalah malam di mana istrinya, Gena, akan melahirkan bayi kembar. Dokter mengatakan kelahiran ini sangat berbahaya karena ada beberapa komplikasi. Paling kurang salah satu nyawa dipertaruhkan malam itu; kalau tidak ibunya, maka salah satu dari kedua anaknya.
Malam itu sangat mencekam bagi Chuck, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada lawan yang harus dikalahkannya selain rasa takutnya sendiri, tidak ada dokter yang bisa ia bayar untuk menjamin keselamatan keluarganya. Ia menangis, karena sadar uang yang begitu berlimpah di rekeningnya yang dikumpulkan sepanjang kariernya, ternyata tidak dapat menyelamatkannya. Dia lalu teringat, bahwa hanya satu Pribadi yang dapat menyelamatkan keluarganya saat ini, yaitu Yesus. Seorang Pribadi yang lembut dan penuh kasih, yang kepada-Nya ia pernah menyerahkan hidup masa remajanya di suatu KKR Billy Graham. Dan kini ia telah melupakan komitmennya untuk mengikuti Dia, Chuck menangis, merasa begitu berdosa dan telah begitu jauh dari-Nya.
Chuck juga teringat ibunya. Dia adalah seorang ibu yang tangguh membesarkan Chuck serta adik-adiknya sendirian. Ibunya adalah seorang yang rajin berdoa, dan selalu berkata pada Chuck, "Tuhan punya rencana untukmu." Selama ini, ia tidak mengerti apa maksud ibunya itu, ia pikir semua ketenarannya ini adalah rencana Tuhan, sampai di situ saja. Tapi pada peristiwa itu, ia kini menjadi mengerti apa yang berusaha disampaikan oleh ibunya. Malam itu pun ia berdoa, agar Tuhan mengampuni semua dosanya, mengembalikan ia kembali dekat pada-Nya, menyelamatkan istri serta bayinya, dan agar rencana Tuhan seutuhnya tergenapi dalam hidupnya. Sungguh luar biasa, Tuhan memberi tanda bahwa Dia mendengarkan Chuck, dengan menyelamatkan istri dan kedua bayi kembarnya. Malam itu juga Chuck menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan.
Sejak saat itu, ia menghentikan segala usahanya untuk menambahkan pundi-pundi uangnya, dan terjun sangat aktif dalam kegiatan kemanusiaan yang begitu banyak. Menjadi wakil dan utusan perdamaian, memimpin yayasan-yayasan kemanusiaan, masuk sampul-sampul majalah sebagai "Man Of The Year", dan begitu banyak yang lain. Ia melihat setiap hari Gena membaca Alkitab, karena pada waktu itu Gena sudah terlebih dahulu hidup dekat dengan Tuhan sebelum mengenal Chuck. Melihat hal itu, lama-kelamaan Chuck turut bergabung dalam kegiatan membaca Alkitab. Dan menurutnya, hal itu menjadi sangat menyenangkan dan dinikmatinya, membaca Alkitab bersama istrinya setiap hari.
Orang sering datang pada Chuck dan berkata, "Chuck, engkau adalah orang paling beruntung di dunia. Juara karate tak terkalahkan, bintang film terkenal, dan penulis buku-buku terlaris. Tidak ada orang seberuntung engkau di dunia!" Chuck menjawab dengan tersenyum ramah, "Keberuntungan tidak ada hubungannya dengan itu semua, Tuhanlah yang berhubungan dengan itu semua."
[ Sumber: Majalah VOICE Indonesia, Edisi 83, Tahun 2006 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar