Rabu, 28 Januari 2015

DUKUN TIDAK MEMPAN


Mbak Sum adalah pembantu keluarga kami, pada saat itu sedang susah hati sebab anaknya laki-laki yg bernama Kiki sakit.

Sakitnya itu aneh yaitu sakit di pinggang kiri sampai ke lutut, tidak bisa berjalan normal, pada saat kumat bisa kejang-kejang dan matanya merah.

Permulaan sakitnya itu sewaktu dia di sekolah hendak ke wc, dia terbentur tiang pintu wc tidak keras tapi rasanya sakit sekali. Sekolah itu memang terkenal angker.

Sudah dibawa ke dokter sampai di rontgen segala tapi tidak ditemukan penyakitnya, bahkan pernah dimasukkan ke rumah sakit tapi malah disuruh pulang oleh rumah sakit sebab tidak ada penyakitnya.

Pengobatan ke paranormal pun sudah dilakukan, kata paranormal Kiki menginjak anak makhluk halus, ada 2 makhluk, kakek tua sama cucunya, yg cucunya ini lumpuh. Setelah makhluk halus itu diusir oleh pak kyai tetapi tetap saja tidak bisa sembuh.

Setelah hampir 1 bulan menangisi dan merawat anaknya akhirnya mbak Sum masuk kerja lagi dengan hati yg sendu. Saya jadi ikutan sedih, sedih karena kasihan dan sedih karena kerepotan bila nanti pembantu pulang lagi.

Saya sudah minta doa dari teman-teman di cell grub, ada yg bertanya apa sudah percaya ? Lalu saya jadi berpikir tentang perempuan kanaan yg memohon supaya anaknya disembuhkan, tapi Tuhan Yesus tidak menjawab sama sekali, tidak ada hak meminta dari orang yg bukan anak Tuhan, tetapi ketika para murid mulai meributkan mulailah Tuhan bertindak.

Mat 15:
22  Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."
23  Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
24  Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
25  Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."
26  Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
27  Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
28  Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Saya jadi punya ide, bukan untuk mengusir seperti para murid itu tapi untuk memintakan belas kasih Tuhan yg sangat besar itu. Dan doa teman-teman di cell grub sudah dijawab Tuhan Bapa kita semua. Apalagi saat itu ketika istri saya menawari mbak Sum apakah mau anaknya didoakan dalam nama Tuhan Yesus, mbak Sum menjawab “Mau, saya juga percaya”.

Setelah istri saya menghubungi ibu gembala di gereja, ibu gembala kemudian menugaskan Pak Gideon untuk bertugas.

Pada hari Tuhan yaitu hari Minggu, saya dan istri, Pak Gideon dan istri dan mbak Sum pergi ke Jombang desa tempat Kiki tinggal.

Sebelum dan selama perjalanan kami terus berdoa, sementara Pak Gideon menceritakan tentang Injil kemurahan Tuhan kepada mbak Sum. Lalu sampailah kami ketempat yg dituju dengan selamat.

Kami disambut dengan baik oleh ibunya mbak Sum dan suaminya Mbak Sum. Disediakan hidangan yg banyak, pisang, lemper kecil tapi enak, kacang, sawo, tape ketan dan minuman.

Setelah sedikit menikmati suguhan itu maka mulailah kami bertugas. Sementara Pak Gideon mendoakan kami yg lain mendukung dengan pujian dan doa kepada Tuhan Yesus. Setan, roh jahat dan kuasa jahat diusir dalam nama Tuhan Yesus, kemudian dahi dan pinggang yg sakit diolesi minyak.

Pak Gideon juga menjelaskan maksud kedatangan kami bukan untuk kristenisasi, tapi untuk menolong.

Setelah selesai mendoakan kami pamit pulang disertai dengan oleh-oleh hidangan tadi yg dibungkus, sampai di Mojokerto kami disambut hujan sangat deras, sampai di gereja kami disambut bukan hanya hujan saja tapi kabut yg gelap. Saya nyeletuk ke Pak Gideon, “Pak perangnya belum selesai, tuh lihat setan jombang marah, membuat kabut gelap”.

Sore keesokan harinya, mbak Sum yg sudah masuk kerja telp ke kiki, tapi yg menerima adiknya kiki, katanya “Mas sudah bisa berjalan tegak dan normal, bahkan tadi sudah berlari ke rumah bibinya”, “Lho jangan boleh, susulah” kata mbak Sum. Sebab rumah bibinya itu jalannya menanjak, mbak Sum kuatir kalau kumat lagi, sebab dia belum tahu bila Tuhan Yesus menyembuhkan itu langsung sehat, tidak usah bertahap dan tidak kumat lagi.

Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus, yg besar kasih dan kemurahanNya.

Kamis, 15 Januari 2015

SAKITNYA TUH DISINI, DISEMBUHKAN


Namaku Novita dan aku adalah ibu dari putra kembar yang kini berusia 9 tahun. Aku mengikuti retret awal di tahun 2006 dan retret penyembuhan batin kemarin ini, April 2009. Yang ingin aku bagikan disini adalah bagaimana Yesus berbicara padaku, menyelesaikan perkaraku satu persatu dan menjawab doa-doaku dengan caraNYA sendiri. Aku menikah di tahun 1999 dan ketika aku hamil 7 bulan, suamiku meninggalkan Kristus untuk menikahi kekasihnya. Aku mengetahui hal tersebut ketika anak-anak baru dilahirkan dan berusia satu bulan. Setelah melalui satu proses yang tidak mudah, suamiku menceraikan istri keduanya dan kembali kepada kami. Namun masalah tidak berhenti di situ. Sejak saat itu aku kerap menerima tindak kekerasan baik fisik maupun mental dari suami aku, mulai dari dicemooh, dilempar sisir, diludahi sampai dipukuli. Dia pun tak berhenti berpindah dari satu perempuan ke perempuan lain dan ada beberapa dari mereka yang dibawa ke rumah. Semuanya aku simpan sendiri. Baik orang tua maupun teman tidak ada yang tahu. Kalau aku ke kantor dengan wajah lebam dan ada teman yang bertanya, aku katakan bahwa aku secara tidak sengaja kejeduk kepalanya anak-anak, dan banyak alasan yang lain.

Satu malam, ketika aku menemukan kartu penuh ucapan cinta untuk suami aku dari salah satu wanitanya, sambil menangis aku berkata pada diri sendiri, “Aku merasa sangat sendirian.” Di saat itu, terdengar dengan jelas suara yang lembut yang dengan penuh iman aku yakini, itu adalah Yesus yang berbicara padaku. Dia mengatakan, “Kamu tidak sendiri, ada Aku bersamamu.” Begitu aku sadar, aku menangis sejadi-jadinya. Betapa bodohnya aku yang berpikir bahwa aku seorang diri.

Di malam yang lain di saat aku sudah tidak tahan akan beban yang begitu berat, aku memutuskan untuk bunuh diri. Aku pikir dengan bunuh diri, masalah aku selesai. Sambil menimbang-nimbang apakah aku mau gantung diri, potong urat nadi atau minum obat nyamuk, aku pikir aku berdoa dulu saja, mau minta supaya Tuhan cepat-cepat ambil nyawaku. Akupun berdoa dan bilang “Tuhan, aku titip anak-anak. Tolong supaya Engkau cepat-cepat mengambil nyawaku, aku sudah tidak kuat.” Untuk kedua kalinya, Yesus menyapaku yang aku dengar dengan jelas, kataNYA, “Hidupmu adalah anugrah terbesar dariKU, mengapa ingin kau sia-siakan.” Mendengar itu, aku sadar dan menangis meminta ampun dari Tuhan.

Aku ikut retret awal karena aku kuatir bahwa aku menjadi agak tidak waras. Sebelum aku ikut retret, aku tidak mengerti mengapa di tengah penderitaan hidup, ketika aku berdoa aku bisa berkata, “Terima kasih Tuhan karena aku boleh ikut merasakan sedikit dari penderitaanMU waktu Engkau memikul salib.” Waktu itu aku berpikir aku mulai gila dengan berdoa seperti itu. Kini aku mengerti bahwa salib bisa membawa sukacita dan Roh Kudus membimbing kita ketika kita menyerahkan diri pada Tuhan saat kita berdoa. Di retret awal, aku mendapat banyak sekali pengalaman iman yang begitu indah. Setiap aku menutup mata, aku bisa membayangkan Yesus dengan jubah putihnya yang berkilau membuka tanganNYA untukku. Ada saat di mana aku melihat Yesus yang mengulurkan tanganNYA ke aku. Dan satu pesan yang aku dapat dan ingat waktu aku konseling adalah: jangan sombong dihadapan Tuhan. Keselamatan menurut Tuhan tidak sama dengan keselamatan menurut ibu.

Pulang dari retret awal, masalah memang tidak selesai bahkan aku dibawa pada titik kepasrahan yang terendah dalam hidupku. Anak-anakku dibawa pergi dan disembunyikan oleh suamiku selama hampir 4 bulan. Mereka hilang bagai ditelan bumi. Keluarga suami tidak ada yang mau membantu. Aku berdoa, mohon supaya Tuhan segera mengembalikan anak-anak. Setiap malam aku mohon itu dari Tuhan tapi entah mengapa rasanya doaku seolah tidak terangkat. Aku pun marah sama Tuhan dan berhenti berdoa selama dua hari. Kemudian satu hari, aku terbangun pukul tiga pagi. Aku keluar kamar, duduk di ruang tamu dan berdoa. Aku cuma bisa berkata, “Tuhan, kalau boleh, ijinkan aku mengasuh dan membesarkan kedua buah hatiku, tapi Tuhan, kehendakMUlah yang terjadi.” Tiga hari aku ucapkan doa itu, kemudian aku dipertemukan dengan anak-anak.

Saat ini setelah suamiku melakukan tindak kekerasan yang menyebabkan salah satu tulang rusuk bagian depanku bergeser dan pada akhirnya ia memilih untuk hidup dengan salah satu wanitanya yang lain, aku pun berkonsultasi dengan pastor di Keuskupan Agung Jakarta dan kami berpisah. Aku membesarkan anak-anak sendiri. Dalam doa aku sering meminta kepada Yesus supaya DIA memampukan aku untuk membesarkan kedua buah hatiku dengan sabar, bijaksana dan penuh kasih. DIA menjawab doaku dengan mengundangku ke retret penyembuhan batin. DIA mengundangku karena DIA mau menyembuhkan luka-luka batinku supaya aku tidak menorehkan luka pada anak-anakku. Luka bisa berbuah luka dan Yesus yang begitu besar cintaNYA padaku dan anak-anakku, tidak menginginkan hal itu terjadi. DIA mau menyembuhkanku. Itulah jawabanNYA atas doaku.

Di dalam retret, aku dibawa pada kesadaran akan cinta Tuhan. Namun aku pun diingatkan kembali akan semua luka dan sakit hati yang kualami dan rasanya memang sakiiittttt sekali. Semua pengkhianatan suamiku dan tindak kekerasan yang aku terima baik fisik maupun mental diputar kembali dibenakku. Aku meminta supaya Yesus mau mengambil semua rasa sakit itu dan semua luka-lukaku. Dan DIA menjawab permohonanku. Bahkan diluar dugaan, ketika pembasuhan kaki, ada seorang figur yang wajahnya mirip dengan suamiku dan ada yang mirip dengan wanita yang kini hidup dengannya. Aku pun membasuh kaki mereka. Karena rahmat Tuhan dan kemurahan kasihNYA, aku pun bisa mengampuni suamiku dan wanita yang kini hidup dengannya. Dan itu sungguh amat melegakan.

Yesusku menyembuhkanku. Dengan kesembuhanku, aku dimampukan untuk membesarkan kedua anakku dengan penuh kasih dan tidak menorehkan luka pada mereka. DIA yang mengerti kebutuhanku dan DIA yang menjawab semua doa-doaku dengan caraNYA sendiri. Satu ayat Kitab Suci yang selalu kuingat: ‘Serahkanlah hidupmu pada Tuhan dan percayalah kepadaNYA, dan DIA akan bertindak’ (Mazmur 37:5)


Kesaksian ditulis oleh Novita Patricia

Sumber: http://www.carmelia.net

TIDAK ADA PENYEBARAN KANKER


Pada tahun 2008, ketika saya sedang datang bulan (menstruasi) saya mengalami pendarahan yang sangat banyak sehingga saya harus memakai pembalut wanita (pampers). Kemudian, saya bertanya kepada sahabat saya, dia seorang dokter. Dia mengatakan bahwa saya sedang stress. Jadi, kejadian tersebut saya anggap sepele dan tidak memperhatikannya.

Tahun demi tahun saya jalani, pada tahun 2010 terjadi pendarahan yang sangat hebat dan saya merasa sakit sekali hingga rasanya mau pingsan. Saya memriksakan diri ke dokter ahli kandungan, dan dikatakan bahwa saya mengalami penebalan endometrosis, jadi harus dikuret, untuk mengetahui gangguan tersebut ganas atau tidak. Dari hasil pemeriksaan, ternyata saya mengidap Kanker Stadium 2B. Dikatakan juga bahwa saya harus menjalani operasi, dan setelah itu baru disinari atau dikemo. Proses ini akan berlangsung lama. Dokter berusaha menenangkan saya dan ia mengatakan, “Sabar ya bu.”

Begitu saya mendengar penjelasan dari dokter, saya lemas, saya merasa kecewa kepada Tuhan, padahal saya setia ke Gereja. “Apa salah saya, dosa besar apa yang telah saya perbuat sehingga Engkau, ya Tuhan menghukum saya dengan penyakit kanker ini?” Sempat saya berpikir, “Percuma saja saya ke Gereja, ikut retret, kalau saya alami perlakuan seperti ini?” Hari berikutnya, dokter merujuk saya ke salah satu Rumah Sakit Pemerintah. Saya ikut rekomendasi dokter tersebut, betapa kagetnya saya karena pelayanan rumah sakit itu sangat buruk, maka saya pindah berobat ke Rumah Sakit Dharmais. Semua orang menyarankan agar saya segera operasi, karena khawatir kanker tersebut akan segera menyebar.

Akhirnya, saya dirawat di rumah sakit. Saya mengalami ketakutan, ketikamendengar pasien di sebelah saya mengeluh kesakitan, ia muntah-muntah karena hasil kemo dan kankernya sudah menyebar ke tubuhnya. Saya berpikir jangan-jangan saya mengalaminya juga, karena sejak kejadian pendarahan pertama, dan baru pada tahun 2010 saya terdeteksi kanker, tentunya kanker tersebut sudah menyebar juga.Namun, dengan kuasa doa dan banyak orang yang mendoakan, setelah saya menjalani operasi, teman-teman saya mengatakan bahwa saya seperti orang tidur sebab saya tidak kelihatan lemas. Hasil operasi dibawa ke bagian Patologi untuk diperiksa, supaya seandainya bila kanker menyebar, maka saya harus dikemo atau disinari. Satu minggu kemudian, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa saya tidak perlu dikemo, karena tidak ada penyebaran kanker. Padahal menurut pendapat dokter, “Biasanya dalam beberapa bulan saja kanker sudah cepat menyebar, sedangkan ibu sudah menderitanya cukup lama”

Bagi dokterhasilnya cukup mengejutkan, tetapi bagi saya kejadian ini merupakan kasih karunia Allah dan penyembuhan dari Tuhan Yesus, serta doa-doa dari banyak orang yang sangat mengasihi saya. Karena itu, tiada kata selain saya hanya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah membebaskan saya dari penyakit kanker. Saya teringat suatu hal, ketika saya mulai menjalani operasi, saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan Yesus, Engkaulah yang akan mengoperasi saya dan saya pasti akan sembuh dan tidak akan terjadi penyebaran kanker.”

Ditulis oleh Rina

Sumber: www.carmelia.net