Kamis, 09 Mei 2013

SETELAH OVERDOSIS 5 KALI


KESAKSIAN RANI RAHMI: "SETELAH OVER DOSIS 5 KALI, BAGAIMANA NASIB RANI SELANJUTNYA?"

Adik papa Rani, Rahmi, tidak mempunyai anak sehingga Rani diberikan kepada mereka. Karena hidup berkecukupan, apapun yang Rani mau diberikan. Namun, kesenangan itu tidak bertahan lama. Dia dikembalikan ke orangtua kandungnya. Hal ini membuat dia tidak bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Dia menyimpan marah kepada orangtua angkatnya yang mengembalikan dirinya tersebut.

Rasa tidak puas itu menumpuk dan bertumbuh menjadi pemberontakan. Rani atau yang biasa disebut Ani, dia mulai nakal. Sejak SMP, dia mulai merokok bersama teman-teman prianya, bahkan dia juga mencoba obat-obatan keras yang murah. Sampai kelas 3 SMP, dari rokok dan obat-obat murah, Ani juga minum-minuman keras. Bahkan dia mulai mengenal ganja.

Setelah lulus SMP, Ani lebih nakal lagi. Setiap hari dia pasti mabuk. Dia tidak peduli akan kehidupannya, semua teguran dan nasihat tidak dipedulikan. “Saya sudah tidak peduli. Sejak saya dikembalikan kepada orangtua saya, saya marah. Sebenarnya yang saya cari sih perhatian. Perhatian dari orangtua yang saya anggap orangtua saya, supaya mereka ambil saya lagi.” cerita Ani waktu itu. “Mengapa orangtua kandung saya memberikan saya kepada om dan tante saya, tapi kemudian mereka berikan saya lagi kepada orangtua saya?” tambahnya.

Dia bertanya-tanya buat apa dia dilahirkan, apakah dia benar-benar dibuang. Ani pikir, buat apa dia ada di tengah-tengah keluarga yang seperti itu. Karena itu, dia mencari kesenangan sendiri dengan mabuk, obat, ataupun rokok untuk menutupi jiwanya yang hancur. Ani merasa dirinya sebagai anak yang tidak diinginkan orangtuanya. Karena itu juga, dia menghancurkan dirinya sendiri. Apalagi ketika temannya ada yang mengajak dirinya ke diskotek. Di sanalah dia mengenal ekstasi dan menyukainya. Ketika pacaran dengan seorang BD (Bandar, red), dia pun mencoba putaw. Dia tidak mengerti bahwa putaw mempunyai efek ketergantungan yang lebih parah lagi daripada semua obat-obatan yang dicobanya. Dan untuk mencukupi kebutuhannya akan narkoba, dia rela melakukan apa saja.

Setiap dua jam sekali dia harus memakai benda itu, sehingga mau tak mau dia pun melakukan segala cara. Mencuri, menjual barang-barang berharga, seks bebas demi mendapatkan uang ataupun barang itu langsung. Demi narkoba, dia rela mengorbankan harga dirinya, karena dia memang merasa dirinya sudah tidak berharga lagi. Hal ini membuat Ani sempat mengalami 5 kali overdosis. Biasanya hal ini dikarenakan obat-obatan yang dia pakai, tidak hanya 1 macam. “Karena saya memang mencari kematian. Karena saya ini anak perempuan, tapi kok saya dioper-oper? Saya pikir, lebih baik saya mati. Tapi kok tidak mati-mati padahal sudah 5x overdosis.”

Pihak keluarga mencoba menyembuhkannya, membawanya ke dokter. Dia memang memakai obat yang diberikan dokter, tapi dia pun masih memakai ‘obat’ yang satunya. Keadaannya bertambah parah, tanpa pengharapan, dia hanya mencari satu jalan yaitu kematian. Semakin dia putus asa, dia mencoba lompat dari apartemen. Jika dengan overdosis tidak bisa, mungkin dengan bunuh diri seperti itu, dia bisa mati. Melompatlah Ani, jatuh dengan posisi terduduk di lantai empat. Semua tulang-tulangnya patah. Saat itu pikirannya, sebentar lagi dia akan mati. “Asyik, saya mati.” Katanya dalam hati.

Ternyata pada saat itu, ada seorang suster yang melihat kejadian tersebut, sehingga Ani langsung dibawa satpam yang ada ke rumah sakit. Di rumah sakit, selama 6 bulan perawatan, dia masih menginginkan kematian datang di hidupnya. “Saya tidak bisa jalan. Semua obat yang dari dokter saya minum melebihi dosis yang dianjurkan, tapi tetap saja saya tidak mati-mati.” katanya. ‘Kok susah amat ya ga mati-mati?’ begitu pikirannya ketika itu.

Semua cara agar kematian itu datang yang ditempuh Ani, baik melalui narkoba dengan overdosis 5x, melompat dari gedung, maupun minum obat melebihi dosis, semuanya mendatangkan kesia-siaan. Ani mulai bertanya-tanya, mengapa bisa terjadi hal seperti itu. Kenapa aku masih hidup? Itulah pertanyaan yang membayanginya, padahal dia merasa tidak mempunyai alasan untuk hidup.

Kemudian, Ani lari ke rumah kakaknya. Setiap siang, biasanya rumah tersebut kosong. Pada awalnya, Ani tidak ada niatan untuk mencuri, namun ketika melihat pintu lemari pakaiannya terbuka, niat itu muncul. Dia ambil kotak perhiasannya. Dia pakai buat kumpul sama teman-temannya dan memakai narkoba sampai habis. Dia mulai bingung harus kemana, akhirnya dia tiba di sebuah rumah kosong.

Di sana dia melihat ada orang gila. Dalam hatinya dia berpikir, apakah dia akan berakhir seperti itu karena keputusasaannya untuk mati. Mungkin dia bisa gila. “Ah, aku ga mau gila, mendingan aku mati daripada gila. Maka di situlah saya menjerit. ‘Tuhan, kalau memang Engkau ada tolong sembuhkan saya. Saya sudah capek pakai narkoba. Saya sudah tidak punya apa-apa, saya sudah tidak diterima. Tolong Tuhan, saya sudah capek.’” Perkataan itu dia keluarkan pada saat dirinya sakaw.

Menjelang pagi, masih dalam keadaan sakaw, Ani pergi dari rumah kosong tersebut. “Saya jalan, cukup jauh perjalanan saya sampai akhirnya saya tidak tahan.” Pukul 3 sore, dia tiba di sebuah halte. Dia takut mau tidur dimana nanti malam. Ternyata di dekat halte tersebut, ada panti asuhan. Dia ke panti asuhan tersebut dan menceritakan semua kehidupannya kepada orang-orang yang mengurus panti asuhan itu, keadaan sakaw masih menguasai dirinya.

“Kamu ingin sembuh?” tanya pengurus itu. Ketika Ani mengiyakan, dibawalah dia ke sebuah tempat yang benar-benar tidak diduga olehnya. “Nah, di situ saya merasa aneh. Masa saya disuruh berdoa? Saya disuruh baca Alkitab, saya nggak ngerti. Saya bilang ini bukan jalan saya.” Ani mengatakan bahwa dia tidak butuh Alkitab, karena dia sakaw yang dia butuhkan adalah obat. “Kalian semua gila. Karena yang saya tahu dari dulu untuk menyembuhkan itu pake obat. Ini nggak.” Itulah kata-katanya ketika itu. “Mereka cuma nyanyi, baca Alkitab, doa, tumpang tangan, sudah.”

Pada hari kedua, sakaw nya pun menjadi-jadi. Dia pikir mungkin saat itulah dia akan mati. Dan untuk kedua kalinya, dia pun marah kepada orang-orang yang ada di sana ketika itu. Permintaan Ani untuk narkoba pun ditolak, tapi para pembimbing di sana terus mendoakannya. Akhirnya, merasa tidak tahan, akhirnya Ani ingin pulang saja. Sebelum pulang, sang pembina ingin mendoakan dia dulu. Ani pun berpikir tidak ada masalah. Sewaktu didoakan, dia teringat kembali doanya sendiri ketika itu. Dia ingat bahwa dia pernah minta Tuhan untuk menyembuhkannya. Apa ini yang mau Tuhan lakukan buat saya? Tanyanya dalam hati. Setelah itu, Ani tertidur sampai pagi.

Di hari ketiga, sakaw-nya bertambah parah. Dia semakin liar dan galak pada semua orang di sana, bahkan dia mengancam mentornya dengan memakai pisau dan meminta uang untuk membeli narkoba. Lalu datanglah seorang pendeta yang mendoakannya. Entah mengapa, setelah itu Ani merasa malas untuk pulang. Di hari ketiga itu, dia mengurungkan niatnya untuk pergi dan mengikuti ibadah pada malam harinya.

Di dalam ibadah itu, ada suatu lagu yang mengatakan, “Hanya nama Yesus…” Dia menangis sampai hancur hati. Lagu itu membuatnya sadar hanya nama Yesus, hanya nama Yesus. Berarti Tuhan ini yang menyembuhkan saya. Katanya dalam hati. Perasaannya pun menjadi dingin dan tenang, kayak tidak mempunyai masalah. “Besok saya juga mau,” katanya dalam hati kembali ingin merasakan perasaan itu. Sejak saat itu, Ani tidak lagi merasa sakaw dan rasa ingin memakai obat-obatan itupun sirna.

Semua kejadian yang dia alami, berkali-kali mujizat yang dia alami, banyak jalan yang dia lalui, dia menyadari bahwa dirinya sesungguhnya berharga dan bahwa Tuhan tidak ingin dia mati. “Semua kebaikan Tuhan itu saya rasakan, semua mujizat Tuhan itu saya rasakan. Yang dibilang Yesus itu kekasih jiwaku itu benar-benar saya alami, jadi saya benar-benar merasa bahwa Yesus itu segalanya buat saya.” tutupnya tentang cerita hidupnya. Percayalah, Yesus pun segalanya buat kita semua.

[ Sumber: Rani Rahmi ]

MUJIZAT DI OREGON - THOMAS WELCH


Diterbitkan pertama kali oleh CHRIST FOR THE NATIONS, INC., Dallas, Texas
Dicetak ulang tahun 1976
Diterbitkan kembali tahun 2004

Pendahuluan
Oleh Gordon Lindsay

Saya mengenal Thomas Welch dalam bagian terbesar di kehidupannya. Faktanya, saya bertemu dia setelah mujizat yang mengagumkan terjadi dimana dia hidup kembali setelah dia dinyatakan mati selama satu jam. Bagi beberapa orang, kesaksian Tom adalah luar biasa, tapi sesungguhnya dokumentasinyalah yang luar biasa.

Salah seorang insinyur yang mengoperasikan mesin menyaksikan Tom jatuh dari ketinggian 55 kaki, seketika itu ia membunyikan alarm. Penggilingan besar seketika itu dihentikan dan mungkin sekitar kurang lebih 75 orang pria dikerahkan untuk mencari tubuh Tom, yang terbaring dalam danau yang keruh. Hampir satu jam lewat sebelum mereka dapat menemukan tubuhnya dan membawanya tanpa nyawa dalam kantor penggilingan itu. Mereka menyaksikan Ny Brocke memanjatkan doa belas kasihan dan menangis kepada Tuhan untuk menghidupkan Tom kembali, dan setelah ia berdoa, terlihat gerakan di kelopak mata Tom. Masih dalam terheran-heran, ketika mereka melihat Tom kembali bekerja pada hari Sabtu, enam hari kemudian. Lalu pada hari Minggu malam berikutnya, mereka mendengar kesaksian luar biasa Tom dalam sebuah sekolah rumah kecil (saya juga berada disana). Sama luarbiasanya ketika mujizat instan terjadi di rumah sakit pada hari Jumat ketika tulang-tulang yang hancur tiba-tiba menyatu kembali.

Sesuai kesaksian Tom, dia menjadi seorang kafir ketika membaca buku-buku dalam perpustakaan pamannya, dimana terdapat karya Voltair, Thomas Paine dan Robert G Ingersoll. Pengalamannya di “dunia bawah” menunjukkan kepalsuan filosofi dari pengacara terkenal mengenai doktrin dan kekafiran. Dalam waktu yang singkat disana, dia melihat bahwa roh manusia ada setelah kematian dan mereka yang menolak Kristus harus masuk ke dalam Neraka.

Tidak berapa lama setelah pengalaman ini, saya diubahkan di dalam gereja yang sama, yang di gembala sidangi oleh Dr John G Lake di Portland. Tom menepati janjinya kepada Tuhan ketika dia berada di tempat tidur rumah sakit dimana dia secara ajaib disembuhkan. Setahun kemudian, dia dan saya dan L.D Hall meninggalkan Portland untuk mengabarkan Injil.

Mujizat Luar Biasa Oregon
oleh THOMAS WELCH

Daftar Isi
BAB I - Mujizat Luar Biasa Oregon
BAB II - Kembali Bekerja di Hari Sabtu
BAB III - Satu Hari Yang Tak Terlupakan
BAB IV - Apa Yang Kulihat Selama Aku Mati

BAB I
Mujizat Luar Biasa Oregon

Kesaksian yang akan anda baca adalah nyata dan sedetail-detailnya. Hanya Tuhan yang tahu mengapa ini terjadi kepada saya dan mengapa saya dipilih untuk menjadi saksi dari belas kasihan dan kasih Yesus Kristus di abad ke 20 ini. Saya berhutang budi yang sebesar-besarnya untuk atas apa yang telah Dia lakukan kepada saya dan itu mengapa keinginan saya satu-satunya sekarang ini adalah untuk percaya dan menjadi kudus bagi Dia.

Saya menemukan kepuasan terdalam hidup dalam Kristus dan menjadi saksi bagi penyelamatanNya dan kuasa kesembuhanNya. Sebagaimana Ibrani 13:5-8 menyatakan: “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Jadi dengan berani kita mengatakan Tuhan adalah Penolongku dan aku tidak takut dengan apa yang manusia lakukan terhadapku. Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini dan selama-lamanya.

Saya lahir dan dibesarkan di Alberta selatan, Kanada dan anak tertua dari empat bersaudara. Ayah saya meninggal dunia dan dimakamkan pada waktu ulang tahun saya yang kesebelas. Empat bulan kemudian, ibu saya meninggal dan kami menjadi yatim piatu, untuk dirawat oleh orang lain. Kematian adalah mutlak terjadi. Kematian mengambil seseorang yang kami butuhkan dan memisahkan kami dari orang-orang yang kami sayangi, dan yang tertinggal hanyalah kenangan. Rumah kami tadinya adalah rumah yang berbahagia. Tidak perduli seberapa baiknya orang lain, tidak ada orang yang dapat menggantikan ayah dan ibu kami, terlebih ketika kamu cukup umur untuk mengingat semua tentang mereka yang pasti akan berbeda dari setiap orang lainnya. Saya tidak ingat, kalau orangtua saya pernah berkelahi. Jika mereka berkelahi, mereka tidak akan melakukannya didepan kami. Saya yakin mereka saling mencintai dan saya juga tau mereka mencintai kami anak-anaknya.

Ayah ibu saya, kakek saya adalah seorang guru sekolah dan pendeta Lutheran di sebuah sekolah tua tempat menunggang kuda. Semuanya adalah pelopor dalam arti yang sebenarnya. Sebagai anak-anak, kami mengerti bahwa kata kepatuhan sangat berarti. Konfirmasi dalam Gereja Lutheran kami terima sebagai inti pelajaran kami.

Sewaktu kematian ibu, saya pindah untuk tinggal bersama dengan kakaknya, Paman Sam dan Bibi Julia. Bibi Julia seorang yang baik dan memperlakukan saya seperti anaknya sendiri. Saya selalu bersyukur kepada mereka berdua atas kebaikan dan kasih mereka kepada saya.

Sebagaimana hidup berjalan, segala sesuatu berubah. Tuhan bekerja dengan cara yang misterius. Dalam ulang tahun saya yang ke delapan belas, seorang teman dekat dan tetangga, Fin Brocke dan istrinya meninggalkan Kanada dan pindah ke Portland, Oregon. Ny Brocke sering sakit-sakitan dan mereka berharap perubahan ini dapat membantunya dalam kesehatannya.

Seiring waktu berjalan, kami mendengar keluarga ini menjadi keluarga yang religius dan pergi ke gereja setiap malam, dimana Ny Brocke disembuhkan oleh seorang pendoa dan banyak lagi yang sukar untuk dapat dipercaya, karena saya mengenal mereka.

Ketika masa panen telah selesai, teman saya dan saya memutuskan untuk datang ke Portland dan melihat sendiri apa gerangan yang terjadi. Sebenarnya pada titik ini, Tuhan sudah menuntun langkahku. Tapi karena beberapa alasan, singkatnya, saya mengeraskan hati dan mengkritik segala sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan.

Alkitab mengatakan “Allah adalah kasih”. Saya tahu ini adalah benar, dan sangat mungkin, tidak ada kepintaran manusia dapat memahami kebesaran kasih Allah sampai kita hidup di dalamNya di kekekalan. Pada titik ini kehidupan saya diubahkan kearah sesuatu yang selama ini saya coba hindari. Saya dan teman saya meninggalkan Kanada ke Oregon untuk melihat dengan mata kepala sendiri dan pada tanggal 24 November 1923, kami tiba di rumah Brocke di Portland.

Kami melihat apa yang kami dengar adalah benar adanya. Mereka mengatakan bahwa mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat dan keadaan Ny Brocke sekarang adalah karena doa dan iman. Mereka benar-benar berubah!

Saya mendengarkan cerita mereka dan terkagum-kagum. Saya seringkali pergi ke Gereja bersama mereka. Saya menyukai pendetanya, Pdt. John G Lake. Dia seorang pengkhotbah yang menakjubkan, bekas penginjil di Afrika Selatan dan seorang pengelana dunia, yang berkhotbah tentang sebuah pesan kasih dan kuasa untuk menyembuhkan dan pengampunan akan dosa, pembebasan atas keterikatan dan kesembuhan sakit penyakit bagi setiap orang percaya. Saya menyukai apa yang saya dengar dan bersuka cita atas apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga Brocke, tapi tidak ada satupun dari dalam saya yang meresponi atas apa yang saya lihat dan dengar. Saya mati didalam bagi Roh. Beberapa pengaruh di masa remaja saya telah mengeraskan hati dan pikiran saya. Saya sampai kepada sebuah kesimpulan mengenai Tuhan dan Alkitab, doktrin Lutheran mengenai baptisan anak-anak dst, sehingga saya rasa kalau Tuhan itu ada maka saya bisa sebaik Dia.

Injil yang dikhotbahkan Dr Lake indah dan benar, tapi saya tidak percaya kalau berita injil itu untuk saya. Pengaruh masa lalu saya terlalu kuat untuk diindahkan, walaupun saya mencoba untuk percaya.

Saya tinggal bersama keluarga Brocke selama musim dingin. Dia adalah kepala insinyur di Perusahaan Bridl Veil Lumber di Gunung Larch, tiga puluh mil timur Portland. Itu merupakan sebuah perusahaan tempat gergaji besar uap untuk pemotongan dan penyimpanan kayu, yang memperkerjakan lebih dari 150 orang di berbagai bidang. Keluarga Brocke memiliki tempat tinggal di Portland dan tempat di situ

Tanggal 1 Juli 1924, saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang insinyur pembantu dengan Ny Brocke. Kejadian yang saya ingin ceritakan terjadi di hari Senin, di hari saya mulai bekerja di tempat penggilingan, jam setengah dua siang. Kami sedang memotong “Jap Squares”, yang dibawa turun melalui sungai dari gunung di sungai Kolumbia di kota Bridal Veil. Aliran sungai yang menyediakan air mempunyai sebuah bendungan diseberangnya sehingga dapat menyediakan air untuk pemanas, kolam penampungan kayu dan saluran air untuk membawa kayu-kayu tersebut ke Bridal Veil, 4 mil di bawah gunung.

Jembatan diatas bendungan ini tingginya 55 kaki dari atas air. Saya pergi ke jembatan untuk merapikan gelondongan kayu yang bersilangan dan tidak bergerak sama sekali. Tiba-tiba, saya terjatuh dari jembatan dan jatuh berguling-guling diantara gelondongan kayu dan jatuh ke dalam danau yang dalamnya 10 kaki. Seorang insinyur yang sedang duduk dalam lokomotif yang sedang membongkar gelondongan kayu melihat saya terjatuh. Saya jatuh mendarat di kepala terlebih dahulu di balok pertama 30 kaki kebawah dan terguling-guling dari balok yang satu kelainnya sampai saya terjatuh ke dalam air dan menghilang dari pandangannya.

Ada sekitar 70 orang pria yang sedang bekerja saat itu. Pengilingan dihentikan dan setiap orang dipanggil untuk mencari tubuh saya, berdasarkan kesaksian mereka. Pencarian berlangsung selama empat puluh menit sampai satu jam, ketika akhirnya saya ditemukan oleh M. J. H. Gunderson, yang mengaminkan cerita ini.

Ini berhubungan dengan pengalaman saya dengan kematian, segala sesuatu dapat saya lihat dan dengar dan lakukan selama waktu para pria ini mencari tubuh saya di kolam.

Saya mengalami kematian di dunia ini. Tapi saya hidup di dunia yang lain. Tidak ada waktu yang hilang. Saya belajar lebih banyak belajar pada jam saya berada diluar tubuh daripada didalam tubuh saya. Yang saya ingat hanyalah terjatuh dari pinggir jembatan. Insinyur lokomotif menyaksikan saya terjatuh masuk ke dalam air.

Yang saya tahu selanjutnya, saya berada di pinggir lautan api yang luas. Tampak kepada saya, seperti yang telah dikatakan oleh Alkitab dalam Wahyu 21:8 “lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang” Ini merupakan penglihatan yang menakjubkan yang dapat dilihat oleh seseorang mengenai penghakiman terakhir,

Saya dapat mengingat lebih jelas dari segala sesuatu yang terlah terjadi dalam kehidupan saya, setiap detail dari setiap kejadian, apa yang saya lihat dan apa yang terjadi selama jam saya pergi dari dunia ini. Saya berdiri agak jauh dari api biru yang bergolak dan berputar. Sejauh mata saya melihat segalanya sama. Lautan api dan belerang. Tidak ada seorangpun didalamnya. Saya juga tidak berada didalamnya. Saya melihat orang lain yang telah meninggal sewaktu saya berumur tigabelas tahun. Satu lagi adalah paman saya yang meninggal karena sakit paru-paru ketika saya berumur tigabelas tahun. Yang lainnya seorang anak laki-laki teman sekolah saya yang meninggal karena kanker rahang yang dimulai dari sebuah gigi yang terinfeksi ketika dia masih anak-anak. Dia lebih tua dua tahun dari saya. Kami masih saling mengenali, walaupun kami tidak berbicara. Mereka juga, mereka hanya melihat dan kelihatan kebingungan dan berpikir, karena mereka tidak percaya apa yang mereka lihat. Ekspresi mereka terlihat bingung.

Pemandangan ini sukar dilukiskan dengan kata-kata. Tidak kata yang tepat untuk menggambarkannya kecuali kami adalah saksi mata sekarang dari penghakiman terakhir. Tidak ada jalan keluar, sama sekali tidak ada, Ini adalah sebuah penjara tanpa ada orang yang dapat kabur tanpa campur tangan Tuhan. Saya berkata kepada diri saya dengan suara yang terdengar. “Jika saya tahu akan hal ini, saya akan melakukan apa saja yang dibutuhkan agar saya terbebas dari tempat semacam ini.” Tapi saya tidak tahu.

Sebagaimana pemikiran-pemikiran ini berpacu dalam pikiran saya, saya melihat seorang pria datang dari arah depan kami. Saya langsung dapat mengenali siapa Dia. Dia memiliki wajah yang kuat, lemah lembut dan penuh belas kasihan. Penguasa segalanya. Dia adalah Yesus.

Sebuah harapan besar muncul dan saya tahu jawaban dari persoalan saya adalah Pribadi yang agung dan luar biasa ini. Dia datang disamping saya di dalam penjara jiwa yang terhilang dan terikat ini. Saya tidak melakukan apa-apa untuk menarik perhatianNya. Saya kemudian berkata kepada diri saya sendiri,”Jika saja Dia melihat kepada jalan-jalan saya, Dia dapat menyelamatkan saya dari tempat ini karena Dia tahu bahwa saya tidak mengerti ada tempat seperti ini. Dia tahu apa yang harus dilakukan.” Dia melewati saya dan kelihatannya Dia tidak melihat saya, tapi sebelum Dia hilang dari pandangan, Dia menengokkan kepalaNya dan melihat langsung kepada saya. Cukup sudah. TatapanNya lebih dari cukup.

Dalam beberapa detik, saya sudah kembali ke tubuh saya. Seperti masuk dari sebuah pintu rumah, Saya dapat mendengar keluarga Brocke berdoa pada menit-menit sebelum saya dapat membuka mata saya atau mengatakan sesuatu. Saya dapat mendengar dan mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba kehidupan datang dalam tubuh saya dan saya membuka mata saya dan berbicara kepada mereka.

Lebih mudah untuk berbicara atau menggambarkan sesuatu yang telah anda lihat. Saya tau ada lautan api, karena saya telah melihatnya. Saya tahu Yesus Kristus hidup selamanya. Saya telah melihat Dia. Alkitab mengatakan dalam Wahyu 1:9-11 “ Saya, Yohanes.. dikuasai Roh pada Hari Tuhan, dan aku mendengar dibelakangku suara yang nyaring, seperti suara sangkakala, berkata, Akulah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, dan apa yang engkau lihat tuliskanlah dalam sebuah kitab.”

Dari segala sesuatunya Yohanes melihat penghakiman, dan dia gambarkan dalam Wahyu 20 sebagaimana dia melihatnya. Dalam ayat 10 dia mengatakan:”dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang.” Dan sekali lagi dalam Wahyu 21:8, Yohanes mengatakan dia melihat “lautan api dan belerang.” Inilah lautan api yang saya lihat, dan saya yakin akan satu hal, bahwa di akhir jaman semua hal yang buruk dalam alam semesta ini akan dilempar kedalam lautan api ini dan selamanya dilenyapkan.

Saya mengucap syukur kepada Tuhan bagi setiap orang yang berdoa. Saya mendengar Ny. Brocke berdoa bagi saya. Dia berkata,”Oh Tuhan, jangan ambil Tom; dia belum diselamatkan.” Sehingga akhirnya saya membuka mata saya dan berkata, “Apa yang terjadi?” Saya tidak kehilangan waktu; saya pergi ke suatu tempat dan saya kembali. Segera setelah itu, ambulan datang dan saya dibawa ke Rumah Sakit Good Samaritan di Portland.

Saya tiba di rumah sakit sebelum jam enam sore, langsung dioperasi dan batok kepala saya dijahit dengan banyak jahitan. Kemudian saya tiba di bagian rawat khusus. Tidak banyak yang dokter dapat lakukan, hanya menunggu. Saya tidak merasakan sakit dan pikiran saya sangat tenang. Perawat khusus ditugaskan untuk menemani saya. Disitu saya terbaring sampai hari Jumat jam 11:30 am

Selama empat hari dan empat malam, saya tetap berkomunikasi dengan Roh Kudus. Saya mengkaji kembali kehidupan saya yang lama dan segala sesuatu yang telah saya lihat, seperti lautan api, Yesus mendatangi saya disana, melihat paman saya dan teman sekolah saya dan hidup kembali. Hadirat Roh Tuhan turun atas saya terus menerus dan sering kali saya berbicara dengan keras kepada Tuhan. Roh Kudus membantu meluruskan filosofi saya yang salah sampai saya mengerti apa yang terjadi pada saya. Dia menunjukkan bagaimana saya hidup salah di masa lalu, dan membantu saya menyatukannya sehingga masuk akal bagi saya dan mengerti mengapa semua ini terjadi kepada saya. Lalu saya mulai bertanya kepada Tuhan, apa yang Dia inginkan dalam hidup saya, apa kehendakNya.

Hari Jumat pagi, tubuh hancur saya sangat kaku dan saya tidak dapat menggerakannya sama sekali. Dan sekitar jam sembilan, panggilan Tuhan datang. Suara ROH sangatlah nyata. Dia berkata kepada saya,”Aku ingin engkau memberitahukan dunia apa yang engkau lihat dan bagaimana engkau dapat hidup kembali.” Ini adalah keputusan yang berat bagi saya. Saya tidak tahu apa-apa soal ini. Bagaimana saya dapat melakukannya? Saya terbaring di rumah sakit dan hampir tidak dapat mengerakkan tangan kanan saya.

Peristiwa terpenting dalam kehidupan saya telah datang. Saya tidak akan lupa saat-saat mengambil keputusan. Jam 11:30 am, sayapun mengambil keputusan. Saya tidak ragu-ragu. Saya minta perawat untuk meninggalkan saya, tapi dia agak ragu, tentu saja, karena dia tau saya tidak bisa berbuat apa-apa, tapi akhirnya diapun pergi.

Lalu saya berbicara dengan keras di Hadirat Tuhan dan berkata,”Tuhan, kalau ini kehendakMu, saya akan melakukan yang terbaik, tapi saya tidak bisa kalau harus berbaring disini. Engkau harus mengeluarkan saya dari sini.”

Tidak kedengaran seperti sebuah doa, tapi saya berbicara kepada Tuhan dan membuat keputusan yang sungguh-sungguh. Tiba-tiba rasa hangat, perasaan luar biasa seperti angin sepoi-sepoi yang lembut mengalir dari atas kepala saya dimana saya terluka demikian parah dan turun keseluruh tubuh dan ke kaki saya. Saya disembuhkan saat itu dari kepala sampai kaki. Saya langsung berpakaian dengan baju yang ditinggalkan di kamar saya dari minggu lalu, lalu meninggalkan kamar dan terburu-buru menuruni tangga dan sampai ke jalan dalam waktu 6 menit. Si perawat sampai tidak sempat membunyikan alarm.

Saya khawatir jika seseorang melihat saya dan mencoba untuk membawa saya kembali ke rumah sakit, karena kepala saya masih diperban dan saya terlihat menakutkan bagi orang lain, Tapi Tuhan bersama saya. Seorang teman dekat saya, Pete Burness, punya toko lukisan dekat rumah sakit. Saya pernah kesana, jadi saya tahu letaknya, lalu saya cepat pergi kesana. Pete adalah seorang prajurit sewaktu Perang Dunia I. Dia telah belajar berdoa didalam parit. Dia dulu adalah Angkatan bersenjata Kanada dibawah komando Inggris dan telah mendapat penghargaan tertinggi untuk keberaniannya. Yang dia katakan hanya,”Hmm, Saya lihat kamu sudah keluar.” “Ketenangannya” sangat membantu saya. Setelah berbicara dia memberi saya kunci mobilnya dan berkata,”Pergilah ke rumah saya, saya akan naik transportasi umum hari ini. Kamu tidak dapat membayangkan seperti apa kamu saat ini.”

Saya pergi ke rumahnya. Terjadi kegemparan di rumah Pete ketika saya tiba. Ada beberapa orang disana, dan tentu saja mereka tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat ketika saya datang. Akan tetapi, situasi segera menjadi tenang, saya pergi ke kamar Pete untuk melihat seperti apakah saya. Rambut saya dipotong diatasnya dan ada jahitan dimana-mana. Saya melepaskan perbannya dan mencoba menyisir rambut yang tersisa. Sisirnya tersangkut dijahitan dan mulai berdarah. Saya mendengar suatu suara yang berkata,”Kamu tidak sembuh”. Imanku masih diuji. Saya berdiri disana selama beberapa menit melihat diri saya dan saya melihat pisau cukur Pete disana. Saya ambil pisau itu dan memotong setiap jahitan. Tidak ada darah lagi. Saya sudah benar-benar disembuhkan dan itu membuktikan kepada saya.

Saya belajar untuk tetap berpikiran positif sehingga anda dapat berdiri melawan segala masukan negatif yang mencoba melemahkan iman anda pada saat-saat seperti itu. Seringkali pikiran kita mencuri kemenangan supernatural kita. Percayalah kepada Tuhan dan bertindaklah baik anda mengerti atau tidak mengerti.

Setelah membersihkan diri, saya pergi ke pusat kota dan melihat dokter yang merawat saya, Dr Brewer. Ketika saya datang ke dalam kantornya dan diapun terlihat sangat terkejut dan berkata,”Apa yang anda lakukan disini?” saya tidak menjawab karena saya juga tidak yakin juga. Kemudian dia bertanya lagi,”Apa anda baik-baik saja? Bagaimana anda bisa keluar dari rumah sakit?” Jawab saya,”Dokter, saya melarikan diri, mungkin mereka belum tahu kalau saya sudah pergi” Kata dia,”Coba ceritakan kepada saya apa yang terjadi.”

Kata saya,”Dokter, Tuhan sudah menyembuhkan saya dan saya baik-baik saja sekarang.” Dia mendekat dan mendorong tulang iga saya yang tadinya patah dan bertanya,” Sakit?” Jawab saya,”Tidak”. Tidak ada rasa sakit. Kata dia, “Tuhan pasti sudah menyembuhkan anda. Sebab kami tidak bisa. Ini baru empat hari dan biasanya butuh waktu enam minggu sampai dua bulan untuk tulang yang patah untuk sembuh kembali.” Kemudian dia bertanya lagi,”Siapa yang mencabut jahitan di kepala anda?”, kataku,”Saya sendiri”. Saya ceritakan apa bagaimana saya melakukannya.

Saya menceritakan kepadanya bagaimana Tuhan berperkara bagi saya, bagaimana Dia memanggil saya untuk pergi dan bersaksi kepada dunia. Saya kuatir, apabila seseorang bertanya siapa dokter saya dan bertanya-tanya apa yang dokter itu katakan mengenai kesembuhan ini. Lalu saya bertanya kepadanya,”Apa yang akan anda katakan mengenai saya?” Dia hanya menjawab,”Jika anda berkata Tuhanlah yang menyembuhkan anda, pastilah Tuhan yang menyembuhkan anda karena saya tahu kami tidak bisa. Ini baru empat hari.” Saya tidak pernah tahu berapa orang yang pergi menanyakan kepada Dr Brewer akan hal ini, tapi tidak ada seorangpun yang menyangkal kesaksian saya.

BAB II
Kembali Bekerja Di Hari Sabtu

Jumat bukanlah haru yang buruk bagi saya. Sabtu pagi saya telah kembali bekerja di Palmer Mill. Tidak ada seorangpun kelihatannya ingin bekerja di hari itu. Mereka hanya menonton saya bekerja. Setelah beberapa jam, saya berkata kepada mereka apakah mereka mau mendengar kesaksian kesembuhan saya, kita dapat bertemu di sekolah tua tempat belajar mengendarai kuda pada hari minggu malam dan saya akan menceritakan apa yang telah saya lihat dan bagaimana saya menjadi sembuh. Ini menggembirakan para pekerja lainnya, jadi tersiarlah kabar dan kami akan bertemu Minggu malam pukul delapan.

Minggu malam, semakin saya mendekat sekolah itu, tidak berapa jauh dari tempat saya terjatuh, saya melihat kerumunan massa yang besar. Suasana hampir gelap. Saya panik dan hampir lari, tetapi sekali lagi Tuhan menguatkan saya, Kebanyakan dari mereka tidak mengenal saya sewaktu saya maju kedepan dari kumpulan massa itu. Tn Brocke bernyanyi dan berdoa. Waktu bagi saya telah tiba.

Saya gugup dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Sewaktu berdiri disana dan saya merasakan pertama kali dalam hidup saya urapan Roh Kudus untuk bersaksi. Urapan ini melingkupi saya seperti awan. Ini adalah urapan yang sama yang membuat saya bisa keluar dari Rumah Sakit Good Samaritan. Urapan yang sama yang membantu saya untuk mengerti kehendak Tuhan untuk pergi dan bersaksi atas apa yang telah saya lihat dan memperingati mereka akan penghakiman yang akan datang dan memberitahu mereka kasih Tuhan bagi manusia,

Setelah tujuh hari dari apa yang terjadi. Ini adalah pertama kalinya saya berdiri dihadapan masyarakat, Saya berdiri di belakang meja guru, Suasana sekitar seperti tersengat listrik, dan saya mulai bersaksi mengenai Hadirat Tuhan memenuhi saya dan bagaimana Roh Kudus memenuhi saya dengan FirmanNya.

Saya bersaksi kepada mereka atas apa yang telah Tuhan lakukan, apa yang telah saya lihat waktu itu kepada orang-orang yang sama yang mencari tubuh saya di danau. Saya tidak tahu mengenai isi Alkitab, tapi Roh Kudus mengilhami saya mengenai bab kedua dan ketiga Nubuatan Nehemia. Pada malam itu, dengan bantuan isi Alkitab, kami dapat mengerti apa yang Roh katakan mengenai hari persiapanNya. Pada waktu itu saya tidak tahu apa yang saya katakan ada didalam Alkitab sampai Tn Brocke mencarinya dalam Alkitab dan ternyata memang ada tertulis demikian. Tentu saja itu merupakan tanda bagi saya untuk lebih lebih lagi dalam pelayanan saya.

Saya ingin menekankan disini mengenai Baptisan Roh Kudus sangat penting bagi setiap orang dalam persiapan pelayanan. Tanpa Dia kita tidak dapat melakukan apa-apa. Dengan Dia, kita dapat melakukan apa saja. Roh Kuduslah yang meyakinkan dunia akan:

Yang pertama dosa; kemudian akan kebenaran dan penghakiman

Yohanes 16 : 8 - 11 - (8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; (9) akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; (10) akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; (11) akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.

Untuk lebih efektif dalam membawa pesan keselamatan dan kelepasan atas dunia yang hilang, seseorang harus dipenuhi Roh Kudus.

Banyak orang bertanya dari waktu ke waktu, kalau saya masih merasakan sakit kepala atau sakit lainnya yang biasanya mengikuti hasil dari luka semacam itu, saya tidak pernah sakit kepala dalam hidup saya, mata dan telinga saya baik-baik saja. Saya tetap disembuhkan sampai sekarang ini.

Orang yang berperan besar dalam kehidupan saya, tentu saya Fin dan Mabel Brocke. Mereka beriman dan mempunyai keberanian untuk percaya kepada Tuhan atas mujizat yang saat itu diperlukan. Mereka bertindak secara cepat dan merekapun menerima hasilnya dengan cepat pula.

Ada juga Julius H Gunderson, yang menemukan tubuh saya di kedalaman 10 kaki dibawah air ketika orang lain sudah menyerah. Dia terus mencari saya. Tuhan juga memberi upah kepada dia, atas imannya. Tn Gunderson, Fin dan Mabel Brocke menuliskan kesaksian mereka atas apa yang terjadi hari itu dan kesaksiannya disini adalah kata-kata mereka. Tidak satu patah katapun diubah.

BAB III
Satu Hari Yang Tak Terlupakan
Oleh Fin dan Mabel Brocke

Saya pergi ke sisi lembah untuk memetik berry, tapi hujan. Saya berada beberapa yard dari rumah kami ketika saya melihat suami saya datang, berjalan cepat dan memanggil saya dan berkata “Mama, Tommy jatuh dan dia meninggal.”

Masih teringat dalam pikiran saya sampai sekarang, apa yang saya katakan dan apa yang saya rasakan. Saya bertanya,”Kenapa harus Tommy?” dan saya mendengar suara berkata. “Demi kemuliaan Tuhan.” Suami saya berkata,”Saya datang untuk menjemput kamu berdoa.”

Saya pergi bersama dia ke kantor penggilingan. Kami tidak berbicara tetapi kami berdoa sepanjang jalan. Ketika kami tiba di kantor, ruangan itu dipenuhi oleh beberapa orang dan mereka membaringkan Tommy terbungkus dalam selimut di atas meja. Wajahnya dan kepalanya tertutup darah dan tidak ada detak jantung, tidak ada kehidupan. Kami berada dalam kehadiran kematian. Anda dapat merasakannya sebagaimana anda dapat melihatnya.

Para pria yang berada disana mengenal suami saya. Mereka tahu suami saya adalah seorang pendoa dan menjemput saya untuk berdoa. Mereka menunggu sesuatu terjadi. Saya pindah kesisi meja dan suami saya disisi lainnya. Alkitab berkata dalam Yakobus 5:14 dan 15: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.”

Suami saya mengurapi dia dengan minyak sesuai dengan Firman dan lalu berkata, “Mabel, berdoalah.” Saya meletakan tangan saya di kepalanya dan satu lagi didadanya. Seorang anak muda yang berdiri dekat saya mengambil tangan saya dari atas kepala Tommy dan berkata,”Tidakkah kau lihat kalau disitu dia terluka?” Itu bukanlah doa yang panjang. Kami hanya meminta belas kasihan Tuhan dan membangkitkan dia. Pertama kami melihat kelopak matanya bergerak sedikit; kemudian air mata mulai bercucuran dan dia mencoba untuk bicara. Katanya,”Apa yang terjadi?” Tidak ada yang berkata apapun. Kemudian dia berkata lagi,”Saya tidak sanggup lagi.” Semakin banyak kehidupan masuk kedalam dia dan para pria yang berdiri mengelilingi semakin takjub dan bersukacita. Mereka telah melihat mujizat. Atasan mereka telah menelpon Portland untuk dikirimkan ambulan segera sesudah Tommy jatuh, dan kami tahu ambulan itu akan datang segera.

Ketika sampai di rumah sakit, dia langsung di operasi dan mereka membersihkan luka dikepalanya dan menjahit kulit kepalanya. Tujuh rusuk sebelah kiri patah, mereka juga memerbannya. Kami menunggu lama sampai mereka mengeluarkannya dari ruang operasi. Dia tidak berkata apa-apa, jadi kami bertanya padanya apakah dia merasa kesakitan. Jawabnya,”Tidak”. Mereka membawa dia ke ruang rawat khusus, dan dia minta kepada perawat sesuatu untuk dimakan, dan merekapun memberi dia makan sebelum kami tinggalkan dia kembali ke penggilingan. Suamiku adalah Kepala Insinyur jadi kami harus kembali malam itu.

Saya kembali ke rumah sakit paginya. Para dokter meminta saya untuk tidak tinggal lebih lama, mereka tidak yakin apakah dia akan bertahan hidup. Cukup susah mendengar Tommy berbicara karena dia berbicara sangat pelan. Dia berkata,”Saya punya sesuatu yang akan saya katakan kepada anda. Anda tahu kalau saya meninggal sebentar, tapi saya berada di suatu tempat yang mengerikan. Tempat itu menarik saya kedalamnya dan banyak orang lain juga, tidak ada jalan keluar. Saya melihat paman saya dan teman sekolah saya. Ada lautan api dan saya merasa saya ditarik kedalamnya. Saya ketakutan, lalu saya melihat Yesus datang mendekat kepada saya dan saya berkata,”Seandainya saja Dia melihat saya, Dia akan menyelamatkan saya.”Lalu Yesus melihat kepada saya dan saya mendengar anda berdoa. Ketika saya membuka mata saya, saya melihat anda.”

Saya harus pergi sesudah itu, tapi setelah itu dia memberitahu kami apa yang telah dia lihat. Dia berbicara banyak mengenai lautan api dan orang-orang yang ada didalamnya. Dia bilang, belum ada orang yang masuk kedalam lautan api itu, tapi mereka seperti tahanan yang menunggu dan tidak ada jalan keluar.

Selanjutnya saya melihat Tommy di Jumat malam, setelah bekerja. Kami tidak tahu apa yang terjadi di rumah sakit pagi itu. Ketika kami pergi ke rumah adik perempuan saya di Portland, kami mendengar bahwa dia tidak lagi di rumah sakit dan telah disembuhkan secara instan dan telah meninggalkan rumah sakit sekitar jam 11 pagi itu. Dia berada di rumah sakit selama empat hari. Lalu dia kembali ke penggilingan malam itu dan kembali bekerja pada hari Sabtu.

Minggu malam itu dia bersaksi tentang pengalamannya di sekolah itu. Semua pekerja dan keluarganya hadir pada saat itu. Banyak orang yang tidak dapat masuk ke dalam gedung, karena gedungnya terlalu kecil. Mereka telah melihat mujizat. Sekarang mereka ingin mendengarnya. Syukur kepada Tuhan, karena kami diijinkan untuk menjadi bagian dari hal ajaib yang telah Dia lakukan. Tommy memegang janjinya dan terus bersaksi akan hal ini dan berkhotbah tentang iman dan kelepasan sejak saat itu. Berimanlah kepada Tuhan. Dia tidak pernah gagal pada saat kita percaya.

Thorfin Brocke
Mabel E. Brocke

Ini adalah pernyataan resmi dari Tn J.H. Gunderson, 1703 S.E 16th Avenue, Portland, Oregon:

Saya, J.H Gunderson, berada di Palmer Mill sedang mencari pekerjaan dan mengunjungi Fin Brocke pada tanggal 1 Juli 1924, ketika kira-kira jam setengah dua sore Tom terjatuh dan saya menyaksikan mujizat iman ini terjadi.

Seorang Insinyur Lokomotif yang sedang duduk dalam lokomotifnya melihat Tom jatuh. Dia lari dari lokomotifnya ke ruangan utama untuk memberitahu Mr Brocke apa yang terjadi.

Penggilingan langsung ditutup dan Tn Brocke dan saya dan bersama yang lainnya pergi mencari Tom, tapi dia telah terjatuh ke dalam air, yang dalamnya 10 kaki. Kami kesulitan mencari dia karena airnya terlalu keruh dan kami mencarinya dengan menggunakan tongkat panjang. Setelah beberapa saat, seorang pria memberikan tongkatnya dan saya mulai mencari di dalam air yang dalam karena saya berpikir dia pasti sudah di dasar. Benar saja, setelah beberapa lama, saya mengaitkan di bajunya dan menarik tubuhnya cukup dekat dengan kami untuk mengangkatnya. Dia telah meninggal. Tidak ada kehidupan sama sekali. Kepalanya hancur dan darah dimana-mana.

Ny Brocke dikabari dan turun ke penggilingan. Ketika dia melihat Tommy terbaring diam dan meninggal, dia berlutut dan meletakkan tangannya di kepala Tommy. Darah mengalir di jari-jarinya sementara dia menangis kepada Tuhan untuk memberinya kesempatan dan menyelamatkan jiwa Tom karena Tom bukan seorang Kristen. Ketika dia menangis dan berdoa, saya melihat kehidupan kembali ke tubuh Tom dan dia bergerak untuk pertama kalinya dari sejak kami mengangkatnya dari air. Dia membuka matanya dan bertanya,Äpa yang terjadi?”

Selama ini saya seringkali mengucap syukur kepada Tuhan untuk kesempatan yang diberikan dimana saya dapat melihat seorang mati dihidupkan kembali karena jawaban doa. Saya berdiri di dekat kolam itu paling tidak tiga puluh menit sementara orang lain mencari tubuhnya. Saya menunggu ada gelembung udara atau tanda bahwa dia masih hidup. Dan saya tidak melihatnya. Tidak ada air dalam paru-parunya. Dia tidak bernapas sewaktu jatuh ke dalam air. Salah seorang yang mencari sudah menyerah dan memberikan tongkat pencarinya kepada saya. Saya dorong tongkat itu dalam-dalam dan menyangkutkannya dibaju Tom. Dia pasti sudah hampir ke dasar. Kurang lebih empat puluh lima menit sampai satu jam dari saat dia jatuh sampai Ny Brocke berdoa baginya.
Kesaksian ini dibuat dengan sebenarnya karena saya menyaksikannya. Saya menarik Tom ke permukaan, dan menyaksikan mujizat kehidupan dipulihkan bagi Tom. Saya bersyukur kepada Tuhan apa yang saya lihat hari itu, dan saya bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbicara disini. Hal itu mengubah hidup saya. Inilah kebenarannya.

Julius H Gunderson

BAB IV
Apa Yang Kulihat Selama Aku Mati

Banyak orang di jaman ini, terutama para remaja dan anak muda yang berumur dua puluhan, datang ke pertemuan dan mendengar kesaksian ini, bertanya pada saya mengenai ayat-ayat Alkitab mengenai lautan api. Baru-baru ini, sebuah kelompok anak muda berusia tigapuluh limaan bertanya kepada saya untuk menulis ayat-ayat Injil bagi mereka karena mereka tidak tahu bagaimana mencarinya. Mereka juga berkata, belum pernah mendengar pendeta atau penginjil berbicara akan hal ini, dan kebanyakan dari mereka terkejut ketika tahu bahwa ada tempat seperti yang dibicarakan dalam Alkitab. Mereka sering mendengar kata Neraka, tapi tidak tahu mengenai Lautan Api.

Kenyataannya saya melihat lautan api dan saya berjanji kepada Tuhan bahwa saya akan mengatakan apa yang telah saya lihat, saya merasa siapapun yang membaca kesaksian ini seharusnya juga membaca apa yang Alkitab katakan mengenai lautan api dan tujuan utamanya dan oleh sebab itu dipersiapkan dengan ayat Alkitab ini:

Roma 6 : 23 - Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”

Dalam Wahyu 1 : 19, Yohanes menerima perintah dari Yesus Kristus,” Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.” Ini adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Hal yang terpenting disini adalah Yohanes diperintahkan untuk menulis segala sesuatu yang telah dia lihat. Mudah menggambarkan sesuatu yang telah anda lihat. Wahyu 1 : 2 Yohanes berkata,”… kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.”Informasi yang direkam dan dicatat dalam tulisan sehingga tidak akan dilupakan. Wahyu 1 : 11 berkata, “Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat di Asia”

Kita harus ingat bahwa Yohanes berbicara mengenai hal-hal yang telah dia lihat, dan meninggalkan catatan bagi mereka dan generasi masa depan.

Dalam kitab Wahyu 19 : 19 , 20, Yohanes berkata,” Dan aku melihat binatang itu… tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu.. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.” Ini merupakan penghukuman terakhir bagi keduanya, mereka tidak akan keluar. Mereka disebutkan setelah masa seribu tahun. Wahyu 20 : 10,” dan Iblis… dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu,” Wahyu 20 : 3 jelas mengatakan bahwa Setan akan dipenjarakan dalam “Jurang tak berdasar” selama seribu tahun dan kemudian akan dilepaskan untuk menipu. Ayat 7 dan 8: “Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa..” ayat 9 menunjukkan bahwa penghakiman akan datang seperti Sodom di jaman Lot,”… Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka,”

Ayat 10 kemudian mengatakan, “dan Iblis… dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu,” Keduanya akan dilemparkan kedalam lautan api selama seribu tahun tapi mereka masih ada disini sekarang. Dan akhirnya ayat 10 menyatakan,”… dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”

Kemudian dalam Wahyu 20:11-13, kita lihat tahta putih penghakiman besar. Ayat 12 dan 13 menyatakan semua orang besar dan kecil yang pernah hidup berdiri di hadapan Tuhan dan mereka dihakimi,”setiap orang “menurut perbuatannya” dan ayat 14 dan 15 menyatakan, “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”

Juga dalam Wahyu 21:6-8, Yohanes juga menulis perkataan ini:” Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi.”. Perkataan ini adalah harapan besar bagi beberapa orang dan juga kata-kata yang menakutkan bagi yang lainnya. Sudah selesai – Dia sudah menyelesaikan apa yang bisa Dia lakukan. Dalam ayat 6 dan 7: “Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.” Tapi di ayat 8,” Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." Tidak ada kesempatan pada human akhir ini. Roma 6:23,”Upah dosa adalah maut”.

2 Tesalonika 1:7-9, “dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya”
Filipus menerjemahkan ayat ini sebagai berikut: “Penghukuman mereka akan selama-lamanya terpisah dari sinar wajah Tuhan dan kemuliaan dan keagungan kuasaNya.”

Yohanes melihat lautan api itu. Saya juga melihatnya. Keberadaan tempat seperti itu nyata sekarang, dan Alkitab sangat jelas memberitahukan kita mengapa tempat itu ada. Mungkin perumpaan yang paling baik adalah dalam Matius 13:40-43,” Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Diterbitkan oleh CHRIST FOR THE NATIONS
P.O. Box 24910
Dallas, TX 75224

DARI RADIKAL HINDU MENJADI ORANG PERCAYA


"Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-NYA, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman." 1 Timotius 1 : 13

VP merampas traktat dari tangan penginjil muda. Ia melihat tulisan dalam traktat itu dengan jijik. "Ninage Rakshane Beke," dituliskan seperti itu. "Apakah Anda Membutuhkan Keselamatan?"

Saat VP mulai merobek-robek traktat itu, orang-orang lain dalam kelompoknya mulai memukuli orang-orang Kristen. Besar di Challakere, sebuah desa kecil di India, VP adalah putra seorang pendeta Hindu. Saudara laki-lakinya -- seorang yang berideologi garis keras Hindutva -- mengatakan kepadanya bahwa orang-orang Kristen adalah musuh.

Oleh sebab itu, VP menggunakan setiap kesempatan untuk menganiaya orang-orang Kristen. "Aku biasanya membuka baju mereka dan memukuli mereka hingga mereka mengalami pendarahan hebat. Aku lupa sudah berapa banyak Alkitab yang aku bakar," kata VP.

VP mengatakan bahwa perilakunya yang keras merupakan ciri khas orang-orang radikal Hindu di India yang menjadikan orang-orang Kristen sebagai sasaran. Walaupun India dilukiskan di media sebagai negara yang relatif aman, VP mengatakan bahwa orang-orang radikal Hindu mengajarkan para pengikutnya untuk menggunakan kekerasan terhadap orang-orang Kristen. Walaupun VP diajarkan untuk membenci orang-orang Kristen, ia juga penasaran tentang Juru Selamat, TUHAN YESUS KRISTUS.

Pada usia 16 tahun, sementara ia sedang mempelajari Kitab Hindu Sanskerta dalam pelatihan untuk menjadi pendeta Hindu, VP menemukan halaman-halaman yang berbicara tentang "dosa manusia". Dalam kitab itu disebutkan bahwa manusia membutuhkan seorang "penebus untuk menebus dirinya", bahkan ada satu ungkapan khusus tentang hal itu, "om shree kannika sutaya namaha", artinya "anak kudus perawan".

"Saat aku belajar, aku tahu bahwa ungkapan-ungkapan ini berbicara tentang YESHUA HA MASHIACH," kata VP. "Ketika aku bertanya arti ungkapan itu kepada orang tuaku atau guruku, tidak ada seorang pun dari mereka yang mau menjelaskan artinya kepadaku; mereka tidak mengizinkan aku untuk mencarinya lebih jauh lagi.

"Namun, VP melanjutkan menggali lebih dalam. Di saat yang sama, ia keluar menyerang kelompok-kelompok Kristen, memukuli orang-orang Kristen, dan menghancurkan Alkitab-Alkitab. Ada sebuah Alkitab yang tidak ia bakar dan ia pun mulai membacanya. Selama bertahun-tahun, ia membandingkan Alkitab dengan kitab suci Hindu.

Perlahan-lahan, firman TUHAN mulai merembes ke dalam dirinya dan ROH KUDUS mulai bekerja. Ketika keluarganya menangkap basah ia sedang membaca Alkitab, mereka menjadi sakit hati. Terlebih ketika mereka menemukan traktat "Apakah Anda Membutuhkan Keselamatan?" "Selama enam bulan mereka mengurungku di dalam rumah," katanya.

Makanan dan minuman diberikan kepadanya melalui jendela kecil. "Aku berdoa kepada semua dewa-dewi Hindu yang aku tahu, tetapi tidak ada dari mereka yang menolongku. Akhirnya, aku berdoa kepada YESHUA HA MASHIACH. Dengan tetesan air mata, aku meminta YESHUA HA MASHIACH menolongku jika YESHUA benar-benar Mahakuasa.

"Tidak lama setelah ia berdoa pada YESHUA HA MASHIACH, VP dibebaskan secara ajaib. Keluarganya mengusirnya. Meski demikian, ia tidak pernah berhenti berdoa agar mereka mengenal YESHUA HA MASHIACH. Sejak saat itu, VP tinggal dengan seorang penginjil dan mempelajari firman TUHAN. Segera setelah ia pindah, ibunya menulis surat, mengatakan bahwa ia ingin sekali tahu lebih banyak tentang YESHUA HA MASHIACH dan meminta VP pulang ke rumah. "Aku pulang dengan sukacita yang besar dan mereka sepertinya senang," katanya.

Setelah makan siang, ibunya memberikan kepadanya beberapa manisan, sesuatu yang ia sukai. Tidak lama, ia mulai merasa mabuk dan lemah. Ia melompat, kedua lengannya menjadi mati rasa, dan tubuhnya berguncang tidak terkontrol. Ia ambruk di tengah jalan, wajahnya membiru dan ia pun pingsan. Seorang yang tidak dikenal membawanya ke rumah sakit. VP mengatakan bahwa ibunya meracuni dia. Setelah kejadian ini, keluarganya melaksanakan suatu upacara ritual Hindu, memecahkan sebuah pot tanah liat yang diisi air, yang melambangkan kehancuran tubuh VP.

"Seorang putra sekarang telah mati," kata seseorang. VP yang masih hidup, "dikubur" secara simbolis oleh sanak saudaranya dan dikucilkan dari kelompok Hindu. Tidak punya tempat berteduh dan tidak ada keluarga yang peduli, VP menjelajahi jalan-jalan Challakere selama berbulan-bulan.

Ketika ia sedang berjalan di sebuah jalanan yang sepi, dua orang pria berjalan di dekatnya. VP memperhatikan dengan saksama salah satu dari mereka, ia pernah melihat pria itu. Pria itu adalah seorang penginjil muda dengan traktatnya yang pernah dipukuli oleh VP. Sebaliknya, tanpa menertawakan VP yang sekarang menjadi tunawisma, pria tersebut, BA, mempedulikan mantan pendeta Hindu ini. Ia memberikan Alkitab kepada VP dan sejumlah uang untuk tinggal dengan seorang pelayan TUHAN di kota terdekat.

Sejak hari itu, VP mempunyai banyak traktat yang menyatakan "Apakah Anda Membutuhkan Keselamatan?" Sebagai seorang penginjil, ia tidak lagi merobek traktat-traktat ini. Ia telah membagikan lebih dari 50.000 traktat kepada orang-orang Hindu di seluruh India.

Untuk mengetahui seberapa kuat VP telah menjadi seorang penginjil, Anda dapat melihat surat-surat ancaman dari orang-orang Hindu yang ditujukan kepadanya. Dalam sebuah surat selebaran yang disebarkan mengenai dirinya tertulis, "Orang ini, yang berasal dari keluarga Brahman, sekarang sudah dipengaruhi oleh 'orang-orang Inggris'.

Ia telah membawa begitu banyak orang berpindah keyakinan melalui tipu muslihat. Menurut pengikutnya, 'ia adalah orang yang ramah terhadap orang miskin, menolong mereka dalam segala hal, mencarikan pekerjaan bagi anak-anak muda, mencarikan calon suami yang baik bagi wanita-wanita muda serta mengatur pernikahan mereka.' Semua itu bertujuan untuk 'membawa mereka berpindah keyakinan'.

Oh saudara-saudara Hinduku, jika di dalam kamu semua ada keberanian, bersatulah untuk menghabisi orang ini. "Suatu hari, mereka hampir berhasil. Mereka membawa dengan paksa VP ketika ia dalam perjalanan pulang dari ibadah gereja, lalu menggantungnya di sebuah tiang. Mereka mengikatnya dalam posisi terbalik (kaki di atas), dan memanggangnya.

Seorang tetangga yang melihat itu, memotong tali gantungan tersebut dan segera membawa VP ke rumah sakit. VP tahu ada yang menginginkan kematiannya. Meski demikian, ia tetap menjalankan pelayanannya. Ia membagikan 25 sampai 30 traktat dalam sehari. Ia mengepalai pelatihan bagi anak-anak muda India dan dari luar India yang ingin belajar Alkitab, dan ia juga menjabat sebagai gembala atas sembilan gereja.

Baru-baru ini, VP dan sopirnya diserang oleh sekelompok radikal Hindu setelah memberikan pelatihan Alkitab. Sopirnya tewas, sedangkan VP mengalami cedera di kaki kirinya yang mengakibatkan kakinya sedikit pincang. Seperti dahulu ia pernah dikasihi, sekarang ia bersungguh-sungguh mengasihi mereka yang menganiayanya.

"Aku mengabarkan Injil kepada mereka karena mereka tidak tahu kebenaran," katanya. "Mereka harus tahu bahwa YESHUA HA MASHIACH mati untuk mereka dan mereka diselamatkan."

Diambil dan disunting seperlunya dari : Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, September -- Oktober 2009 Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya Halaman : 10 - 11